Login
Section Articles

Extended Village Head Tenure and Community Welfare in Tanggulangin

Perpanjangan Masa Jabatan Kepala Desa dan Kesejahteraan Masyarakat di Tanggulangin
Vol. 2 No. 2 (2025): Oktober:

Muhammad Nauval Abil Ikhsan (1), Hana Catur Wahyuni (2)

(1) Program Studi Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Indonesia
(2) Program Studi Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Indonesia
Fulltext View | Download

Abstract:

General Background: Villages hold a strategic role in Indonesia’s development framework, particularly in advancing community welfare through local governance. Specific Background: Regulatory changes extending village head tenure from six to eight years aim to ensure leadership continuity and program completion. Knowledge Gap: Empirical evidence explaining how extended tenure contributes to welfare outcomes at the village level remains limited, especially from qualitative, community-based perspectives. Aims: This study examines how the extended tenure of the village head in Tanggulangin, Sidoarjo, is associated with community welfare development. Results: Interview-based findings reveal that longer tenure supports leadership stability, continuity of development programs, completion of delayed projects—particularly those disrupted by the COVID-19 pandemic—and more consistent economic empowerment initiatives. Novelty: This research offers localized qualitative insights linking extended village leadership tenure with welfare-oriented governance practices and post-crisis program recovery. Implications: The findings suggest that extended tenure can support sustained village development when accompanied by community participation, transparency, and accountability, providing considerations for policymakers in village governance reform.


Highlights:


  • Extended tenure supports continuity of village development programs.




  • Leadership stability contributes to post-pandemic project completion.




  • Community welfare initiatives benefit from long-term village governance.




Keywords: 

Village Governance; Village Head Tenure; Community Welfare; Village Development; Local Leadership


 

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Usaha Mikro dan Menengah (UMKM) merupakan usaha masyarakat yang mampu mendongkrak pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Pertumbuhan UMKM di Indonesia juga mampu untuk membangun kesejahteraan masyarakat Indonesia [1]. Indonesia merupakan negara yang memiliki populasi penduduk muslim yang terbesar di dunia yang mana mementingkan sebuah produk yang aman dan berstandar halal [2]. Supply chain management adalah metode untuk mengintegrasikan pemasok, produsen, gudang, dan toko, sehingga barang dapat diproduksi dan didistribusikan secara efisien dan bertujuan untuk meminimalkan biaya produksi maupun distribusi [3].

Halal Supply Chain Management merupakan jaringan pasokan halal yang dikelola untuk memastikan integritas halal dari bahan baku hingga konsumen akhir. Rantai pasok ini melibatkan proses khusus yang terkait dengan syariah Islam [4]. Halal merupakan persyaratan yang diperlukan dalam semua produk atau layanan. Wajib bagi umat Islam untuk memenuhi halal menurut hukum Islam sebagai bentuk ketaatannya [5]. Halal dan food safety merupakan hal yang penting bagi konsumen untuk memilih pangan yang akan dikonsumsi dan halal merupakan ketentuan agama yang harus ditaati oleh seorang mukmin sebagai bentuk ketaatannya terhadap agama. Halal dan food safety merupakan memiliki korelasi tentang jaminan kualitas pangan yang aman untuk dikonsumsi dan sesuai dengan peraturan agama [6].

Hasil penelitian yang dilakukan Asep (2019) mengusulkan strategi mitigasi. Strategi pertama adalah pemeriksaan rutin dan pembersihan peralatan untuk mencegah kontaminasi terkena najis. Yang kedua adalah membuat jadwal piket untuk membersihkan ruang produksi. Yang ketiga adalah melatih pekerja tentang proses halal secara berkala. Yang keempat adalah membuat SOP untuk produksi halal. Yang kelima adalah menambahkan fasilitas dan peralatan untuk produksi halal. Yang keenam adalah memperluas area produksi untuk mencegah kontaminasi silang. Yang ketujuh adalah mengganti pemasok halal bersertifikat. Yang kedelapan adalah perawatan mesin berkala [7].

UD Berkah Utama merupakan usaha yang bergerak di bidang makanan dan minuman yang memproduksi jamu tradisional yaitu jamu beras kencur. Usaha ini terletak di Desa Tenggulunan, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Jamu tradisional ini sangat diminati oleh masyarakat sekitar hingga masyrakat luar kota seperti Malang, Pasuruan Kota, dan wilayah lainnya. Salah satu faktor yang menjadi permasalahan pada UD Berkah Utama yaitu belum memiliki sertifikasi halal pada produknya. Sehingga berakibat pada loyalitas pelanggan untuk membeli produk tersebut. Maka dari itu usaha tersebut harus memperhatikan halal supply chain dan food safety mulai dari pemilihan bahan baku hingga ke tangan konsumen.

Tiap bulannya memproduksi sebanyak 300 gentong dan per gentongnya yang sama dengan 30 liter jamu. Akibat permasalahan tersebut menyebabkan menurunnya jumlah produksi sebanyak 1 gentong jamu tiap bulannya. Untuk memperoleh kepercayaan konsumen bukan hanya di kehalalan produk saja. Namun, kemanan pangan juga merupakan faktor terpenting dalam memperoleh kepercayaan pelanggan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dibutuhkan dengan analisis mengenai permasalahan yang terjadi. Analisis permasalahan yang terjadi pada risiko halal supply chain dan food safety pada produsen jamu ini timbul risiko yang menyebabkan produk tersebut tidak halal dan tidak aman untuk dikonsumsi. Metode FMEA adalah teknik untuk menemukan dan menghilangkan kemungkinan kegagalan dan kesalahan yang muncul dalam sistem, desain, dan proses sebelum penerimaan konsumen [8]. Metode ini dipilih untuk menentukan peringkat tertinggi dari risiko yang terjadi pada mitigasi risiko halal supply chain dan food safety produk jamu.

Analisis SWOT berakar pada logika yang mengoptimalkan kekuatan dan peluang, sambil meminimalkan kelemahan dan ancaman. Kekuatan dan kelemahan berasal dari lingkungan internal perusahaan, sementara peluang dan ancaman berasal dari lingkungan eksternal [9]. Alasan memilih metode SWOT untuk penelitian ini karena untuk mengetahui strategi penyelesaian pada mitigasi risiko halal supply chain dan food safety produsen jamu.

Faktor internal atau Internal Factors Analysis Strategic (IFAS) dalam perusahaan adalah aspek yang berasal dari dalam perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja dan budaya perusahaan. Faktor-faktor internal ini mencakup berbagai elemen seperti struktur organisasi, kebijakan dan prosedur, karyawan, budaya organisasi, dan sumber daya [10]. Tujuan IFAS adalah mengungkap keungggulan kompetitif organisasi, termasuk kekuatan dan kelemahan, dengan menganalisis kondisi internal [11].

Faktor eksternal atau Eksternal Factors Analysis Strategic (EFAS) dalam perusahaan merujuk pada faktor-faktor di luar kontorl perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja dan keberhasilan bisnis [10]. Analisis lingkungan eksternal menganalisis situasi eksternal perusahaan untuk mengidentifikasi elemen peluang dan bahaya [11].

Perumusan strategis, yang dirumuskan dengan memanfaatkan temuan analisis SWOT, dicapai dengan menggabungkan beragam indikator yang tercakup dalam kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Model penggabungan formulasi ini menggunakan matriks TOWS. Namun demikian, tidak semua rencana strategi yang dihasilkan dari TOWS matriks ini sepenuhnya diimplementasikan. Strategi yang dipilih adalah strategi yang memiliki kapasitas untuk mengatasi masalah strategis organisasi [12]. Strategis S-O mewakili strategi terstruktur yang memanfaatkan semua kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Strategis W-O adalah strategi terstruktur yang bertujuan untuk meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategis S-T adalah strategi yang dirumuskan untuk menggunakan semua kekuatan dalam menghadapi ancaman. Strategis W-T adalah strategi terstruktur yang berupaya meminimalkan kelemahan untuk mencegah ancaman.

Manfaat membagi area menjadi empat kuadran adalah untuk memfasilitasi perencanaan yang strategis. Beberapa rekomendasi langkah yang perlu diambil jika hasil analisis SWOT memposisikan tujuan pada kuadran tertentu sebagai berikut [13]: Kuadran I, pertemuan antara kekuatan dan peluang. Kuadran II, pertemuan antara kekuatan dan tantangan. Kuadran III, pertemuan antara kelemahan dan peluang. Kuadran IV, pertemuan antara kelemahan dan ancaman.

Tujuan penelitian: (1) Untuk mengetahui prioritas halal supply chain dan food safety menggunakan metode FMEA pada produsen jamu di UD Berkah Utama (2) Untuk mengetahui strategi perbaikan pada risiko halal supply chain dan food safety menggunakan metode SWOT pada produsen jamu di UD Berkah Utama.

Metode

A. Waktu Dan Tempat Penelitian

Berikut ini merupakan waktu dan tempat yang menjadi objek terlaksanannya penelitian:

Waktu: September 2023 – Februari 2024

Tempat: UD Berkah Utama

B. Pengumpulan Data

  1. Observasi: pada tahap ini melakukan pengenalan langsung dengan lingkungan di tempat usaha jamu. Serta, mengamati aliran rantai pasok yang ada di UD Berkah Utama. Observasi dilaksanakan dengan cara meninjau secara langsung di lingkungan usaha untuk mengamati aliran proses rantai pasok.
  2. Wawancara: Pada tahap ini melakukan wawancara menggunakan pertanyaan secara lisan dengan narasumber pihak terkait atau expert dalam bidang permasalahannya untuk memperoleh informasi. Dalam hal ini, narasumber tersebut merupakan owner, karyawan produksi dan karyawan distributor. Narasumber tersebut dipilih karena keterlibatan secara langsung.
  3. Kuisioner: pada tahap ini metode pengumpulan data secara kuisioner untuk mendapatkan penilaian dari metode FMEA seperti severity, occurance, dan detection berdasarkan risiko yang terjadi dan dianalisa menggunakan SWOT untuk mendapatkan penilaian seperti strength, weakness, oppoetunities, dan threats.

C. FMEA

Dalam metode FMEA terdapat delapan langkah-langkah yang digunakan, yaitu [14]: langkah pertama mengidentifikasi terhadap halal supply chain dan food safety dalam produsen jamu. Selanjutnya, mengidentifikasi potensi failure mode pada proses produksi. Setelah itu mengidentifikasi potential effect yang ditimbulkan oleh failure mode. Mengidentifikasi penyebab (potential cause) dari failure mode pada proses produksi. Mengidentifikasi detection mode pada proses produksi. Menetapkan penilaian Occurance (O), Severity (S), dan Detection (D) dengan rating 1-10. Dimana skala 1 menyatakan dampak yang paling ringan dan skala 10 menyatakan dampak yang paling tinggi [15]. Seperti tabel di bawah ini:

Occurance (O) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hampir tidak mungkin Kegagalan hampir tidak bisa dihindari
Severity (S) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak ada efek Dampak yang berbahaya
Detection (D) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hampir yakin Sepenuhnya tidak yakin
Table 1.

Setelah menetapkan penilaian occurance, severity, dan detection selanjutnya menghitung nilai RPN dengan rumus:

(1)

Sumber: [16], [17], [18], dan [19].

Langkah yang terakhir yaitu memberikan rekomendasi perbaikan terhadap penyebab kegagalan, alat kontrol, dan efek yang diakibatkan.

D. SWOT

Dalam pengisian matriks IFAS dan EFAS dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, sebagai berikut [20]: identifikasi faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan internal (kekuatan dan kelemahan) pada usaha jamu. Menetapkan bobot pada faktor-faktor ini untuk menentukan derajat kepentingannya dengan nilai bobot tidak penting sama dengan 0,0-1 berarti sangat penting. Setelah memberikan nilai bobot maka pada semua variabel memiliki nilai masing-masing faktor sama dengan 1. Setelah menentukan nilai skala peringkat, selanjutnya yaitu menetapkan nilai rating untuk setiap faktor. Peneliti biasanya menetapkan nilai tidak berpengaruh sama dengan 1 dan 5 sangat berpengaruh. Langkah selanjutnya menghitung skor dengan cara mengalikan nilai bobot dengan rating. Setelah itu, menghitung nilai total untuk tiap faktor.

Faktor internal yang bernuansa positif disebut kekuatan dan yang bernuansa negatif disebut kelemahan. Sementara, kelompok faktor eksternal yang bernuansa positif disebut peluang dan yang bernuansa negatif disebut tantangan. Keempat kelompok faktor tersebut disusun membentuk matriks dua-dua yang dipisahkan dibagian tengahnya dengan sumbu x dan sumbu y (diagram cartesius) yang berpotongan di tengah pada titik 0. Sumbu x (horizontal) mewakili faktor internal dengan W di kiri (negatif) dan S di kanan (positif). Sumbu y (vertikal) mewakili faktor eksternal dengan O di atas (positif) dan T di bawah (negatif) [13]. Dalam proses penentuan koordinat pada matriks SWOT diperlukan perhitungan penentuan titik sumbu vertikal dan horizontal. Penentuan titik-titik dilakukan dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut [21]:

1. Koordinat analisis faktor internal (horizontal) ditentukan dengan sebagai berikut:

(2)

Sumber: [22].

2. Koordinat analisis faktor eksternal (vertikal) ditentukan dengan sebagai berikut:

(3)

Sumber: [22].

E. Alur Penelitian

Berikut ini merupakan alur atau flowchart yang berisi tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian yang terdapat pada gambar 1 berikut.

Figure 1. Diagram Alir Penelitian

Hasil dan Pembahasan

A. Metode FMEA

Berikut ini merupakan pengolahan data menggunakan metode FMEA yang didapatkan dari hasil wawancara dan penyebaran kuisioner terhadap responden yang terdiri dari owner usaha dan karyawan.

Identitas Risiko Aktivitas Failure Effect Failure Cause Rencana Tindak Lanjut
Supplier Pemilihan bahan baku gula Jamu menggunakan bahan baku gula yang belum diketahui kehalalannya Membeli bahan baku dari pemasok atau agen Memilih supplier bahan baku gula yang sudah bersertifikasi halal
Pemilihan bahan baku beras Jamu menggunakan bahan baku beras yang belum diketahui kehalalannya Membeli bahan baku dari pemasok atau agen Memilih supplier bahan baku beras yang sudah bersertifikasi halal
Pemilihan bahan baku kencur Jamu menggunakan bahan baku yang belum mengetahui status kemanan pangannya Membeli bahan baku dari pengepul di pasar Memilih supplier bahan baku kencur yang sudah bersertifikasi dan terjamin keamanan pangannya
Pemilihan kemasan botol Kemasan botol yang belum food grade sehingga tidak aman dikonsumsi Membeli kemasan botol dari agen atau distributor Memilih supplier kemasan botol yang telah berstandar food grade sehingga aman digunakan
Produksi Proses membersihkan bahan baku beras dan kencur Bahan baku masih kurang bersih dalam proses mencuci sehingga tidak aman untuk dikonsumsi Proses pembersihan bahan baku beras dan kencur yang kurang bersih Melakukan pengecekan sebelum ke proses selanjutnya
Proses perendaman bahan baku beras Beras yang terlalu lama direndam menjadi sangat lunak sehingga tidak aman dikonsumsi Merendam bahan baku beras yang terlalu lama Menetapkan waktu perendaman beras dan rutin melakukan pengecekan
Proses memasak air Air masih mentah sehingga tidak aman dikonsumsi Dalam proses memasak air tidak mendidih dan kurang lama Memastikan air dimasak hingga matang atau mendidih
Pemberian kencur Jamu terasa lengur sehingga tidak aman dikonsumsi Terlalu banyak memberikan kencur pada jamunya Menggunakan kencur secukupnya
Pemberian gula Kandungan gula yang terlalu tinggi tidak aman dikonsumsi untuk konsumen Pemberian gula terlalu banyak yang menyebabkan jamu tidak aman dikonsumsi Menggunakan gula sesuai dengan takaran
Proses pengemasan Produk dikemas menggunakan botol yang belum food grade Penggunaan botol plastik yang belum food grade dapat membahayakan kesehatan konsumen Memilih supplier botol kemasan dengan yang sudah food grade
Proses penyimpanan Produk disimpan dengan produk non halal Membuat produk menjadi tidak halal Memisahkan tempat penyimpanan produk halal dan non halal
Kinerja karyawan Pekerja belum mengetahui proses produksi yang sesuai dengan ketentuan halal Produk menjadi tidak sesuai dengan standar halal Memberikan pelatihan kepada para pekerja
Kebersihan tempat produksi Tempat produksi dengan toilet dalam satu tempat Air cipratan dari toilet membuat tempat produksi menjadi najis sehingga produk tersebut tidak halal Memisahkan atau memberi sekat antara tempat produksi dan toilet
Distribusi Proses pengiriman Produk dikirim dijadikan satu dengan produk non halal Produk menjadi terkontaminasi dan menjadi tidak halal Proses pengiriman dipisah dengan produk non halal
Table 2. Failure Effect dan Failure Cause
Identitas Risiko Aktivitas S O D RPN Rank
Supplier Pemilihan bahan baku gula 7 5 3 107 13
Pemilihan bahan baku beras 7 5 3 107 13
Pemilihan bahan baku kencur dari pemasok 7 5 7 261 1
Pemilihan kemasan botol 7 6 6 253 2
Produksi Proses membersihkan bahan baku beras dan kencur 6 5 7 213 8
Proses perendaman bahan baku beras 6 5 7 212 9
Proses memasak air 5 5 8 218 7
Pemberian kencur 5 5 8 204 10
Pemberian gula 5 5 8 222 5
Proses pengemasan 6 5 7 248 3
Proses penyimpanan 4 5 8 163 12
Kinerja karyawan 5 5 8 222 5
Kebersihan tempat produksi 6 5 8 236 4
Distribusi Proses pengiriman 6 5 6 190 11
Table 3. Tabel Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

Dari tabel 2 di atas didapatkan pengolahan data dari metode FMEA halal supply chain dan food safety pada proses pembuatan jamu. Sehingga dapat diketahui risiko tertinggi pada pemilihan bahan baku kencur dengan nilai RPN sebesar 261. Selanjutnya risiko tertinggi kedua terdapat pada pemilihan kemasan botol dengan nilai RPN sebesar 253 dan risiko tertinggi ketiga terdapat pada pengemasan jamu dengan nilai RPN sebesar 248.

Jenis Kegagalan Alternatif Perbaikan
Pemilihan bahan baku kencur Pembelian bahan baku secara langsung ke petani. Karena dapat mengetahui bahan apa saja yang digunakan dalam bertani dan juga dapat mengetahui keamanan pangannya
Pemilihan kemasan botol Pembelian kemasan botol secara langsung ke tempat produksi. Karena dapat mengetahui botol tersebut sudah food grade
Proses pengemasan Menggunakan mesin yang semi otomatis untuk mengurangi kontaminasi yang disebabkan dalam pengemasan
Kinerja karyawan Memberikan pelatihan tentang praktik produksi yang sesuai dengan standar halal dan food safety
Kebersihan tempat produksi Antara tempat produksi dengan tempat pencucian bahan baku atau kamar mandi dipisah untuk menghindari cipratan air
Table 4. Alternatif Perbaikan

B. Metode SWOT

Pada strategi analisis SWOT yang telah diterapkan dari hasil wawancara dan penyebaran kuisioner yang telah dilakukan, sebagai berikut.

Internal Eksternal
Strength Weakness Opportunity Threats
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
Menggunakan bahan baku gula dan beras yang sudah tersertifikasi halal Bahan baku kencur yang belum mengetahui status keamanan pangannya Mengurus sertifikasi halal Kepercayaan konsumen menurun apabila tidak ada logo halal pada kemasan produk
Bahan baku beras sudah terjamin kehalalannya Kemasan botol yang belum memenuhi ketentuan food grade Pemberian logo halal pada kemasan produk Banyak pesaing usaha yang melakukan penjualan secara online
Produk yang sudah jadi disimpan ke dalam gudang penyimpanan yang tidak tercampur dengan produk non halal Belum memiliki sertifikasi halal pada produk jamu Melakukan penjualan secara online karena selama ini masih melakukan penjualan di toko atau warung
Proses pengiriman yang tidak tercampur dengan produk yang non halal Karyawan yang belum mengetahui cara proses produksi yang sesuai dengan standar halal
Table 5. Analisis SWOT

Berikut ini merupakan hasil dari analisis matriks IFAS dan EFAS yang didapatkan dari hasil wawancara oleh responden.

Strength (Kekuatan) Responden Total Bobot Rating Skor
1 2 3
Menggunakan bahan baku gula dan beras yang sudah tersertifikasi halal 5 4 5 14 0,24 5 1,21
Bahan baku beras sudah terjamin kehalalannya 5 5 5 15 0,26 5 1,29
Produk yang sudah jadi disimpan ke dalam gudang penyimpanan yang tidak tercampur dengan produk non halal 5 4 5 14 0,24 5 1,21
Proses pengiriman yang tidak tercampur dengan produk yang non halal 5 5 5 15 0,26 5 1,29
Total 58 1 20 5
Table 6. Analisis Matriks IFAS Strength
Weakness (Kelemahan) Responden Total Bobot Rating Skor
1 2 3
Bahan baku kencur yang belum mengetahui status keamanan pangannya 3 4 4 11 0,27 4 1,07
Kemasan botol yang belum memenuhi ketentuan food grade 4 3 4 11 0,27 4 1,07
Belum memiliki sertifikasi halal pada produk jamu 3 3 4 10 0,24 3 0,73
Karyawan yang belum mengetahui cara proses produksi yang sesuai dengan standar halal 3 3 3 9 0,22 3 0,66
Total 41 1 14 3,54
Table 7. Analisis Matriks IFAS Weakness

Berdasarkan tabel 5 dan 6 di atas didapatkan matriks Internal Factors Analysis Strategic (IFAS) faktor kekuatan sebesar 4,84 dan faktor kelemahan sebesar 3,44.

Opportunity (Peluang) Responden Total Bobot Rating Skor
1 2 3
Melakukan pengurusan sertifikasi halal 5 5 5 15 0,35 5 1,74
Pemberian logo halal pada kemasan produk 5 5 5 15 0,35 5 1,74
Melakukan penjualan secara online karena selama ini masih melakukan penjualan di toko atau warung 5 4 4 13 0,30 4 1,21
Total 43 1 14 4,70
Table 8. Analisis Matriks EFAS Opportunity
Threats (Ancaman) Responden Total Bobot Rating Skor
1 2 3
Kepercayaan konsumen menurun apabila tidak ada logo halal pada kemasan produk 4 4 5 13 0,46 4 1,86
Banyak pesaing usaha yang melakukan penjualan secara online 5 5 5 15 0,54 5 2,68
Total 28 1 9 4,54
Table 9. Analisis Matriks EFAS Threats

Berdasarkan tabel 7 dan 8 di atas didapatkan matriks Eksternal Factors Analysis Strategic (EFAS) faktor peluang sebesar 5 dan faktor ancaman sebesar 4,69.

Internal Eksternal Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
Menggunakan bahan baku gula dan beras yang sudah tersertifikasi halal Bahan baku kencur yang belum mengetahui status keamanan pangannya
Bahan baku beras sudah terjamin kehalalannya Kemasan botol yang belum memenuhi ketentuan food grade
Produk yang sudah jadi disimpan ke dalam gudang penyimpanan yang tidak tercampur dengan produk non halal Belum memiliki sertifikasi halal pada produk jamu
Proses pengiriman yang tidak tercampur dengan produk yang non halal Karyawan yang belum mengetahui cara proses produksi yang sesuai dengan standar halal
Opportunity (Peluang) Strategi S-O Strategi W-O
Mengurus sertifikasi halal 1 Pengembangan usaha dengan mengurus sertifikat halal 2 pengembangan usaha dengan membuka penjualan secara online 1 membeli bahan baku kencur secara langsung ke petani 2 membeli kemasan botol secara langsung ke perusahaan yang memproduksi sehingga terjamin keamanannya 3 Pengurusan sertifikat halal guna meningkatkan kepercayaan konsumen 4 Pengembangan SDM
Pemberian logo halal pada kemasan produk
Melakukan penjualan secara online karena selama ini masih melakukan penjualan di toko atau warung
Threats (Ancaman) Strategi S-T Strategi W-T
Kepercayaan konsumen menurun apabila tidak ada logo halal pada kemasan produk 1 Inovasi produk jamu seperti model bubuk 1 Penambahan supplier bahan baku kencur yang terjamin keamanan pangannya 2 Serta penambahan supplier botol kemasan sehingga terjamin keamanan produknya
Table 10. Analisis Matriks SWOT

Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal usaha untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar usaha. Strategi yang tepat untuk usaha tersebut melakukan pengembangan usaha seperti mengurus sertifikasi halal dan melakukan penjualan secara online.

Strategi W-O merupakan strategi untuk memprekecil kelemahan-kelemahan internal usaha dengan memanfaatkan peluangyang telah dimiliki oleh usaha tersebut.

Strategi S-T merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari dampak dari ancaman eksternal dengan cara melakukan inovasi produk.

  1. Strategi S-O (Strength Opportunity)
  2. Strategi W-O (Weakness Opportunity)
  3. Strategi S-T (Strength Threat)
  4. Strategi W-T (Weakness Threat)

Strategi W-T merupakan strategi untuk bertahan dengan mengurangi kelemahan internal usaha serta menghindari ancaman eksternal usaha.

Setelah diperoleh hasil dari analisis matriks IFAS dan EFAS serta hasil analisis SWOT, tahap selanjutnya yaitu dilakukan tahap pengambilan keputusan dengan menggunakan menggambarkan diagram cartesius atau digaram kuadran analisis SWOT. Analisis tersebut didapatkan dari hasil analisa IFAS dan EFAS strength, weakness, opportunities, dan threath yang merupakan analisis dari faktor internal dan faktor eksternal pada UMKM tersebut.

Untuk dapat mengetahui letak dari kuadran, maka strategi pada diagram kuadran analisis SWOT ini dibagi menjadi dua formula sumbu X dan Y. Pada sumbu X yaitu IFAS yang terdiri dari strength dan weakness dan sumbu Y yaitu EFAS yang terdiri dari occurance dan threath.

Berdasarkan dari hasil pengolahan data pada faktor internal dan faktor eksternal dihasilkan nilai matriks faktor internal strength sebesar 4,84 dan weakness sebesar 3,44. Pada faktor eksternal opportunity sebesar 5 dan threats sebesar 4,69. Berikut ini merupakan penentuan nilai pada sumbu X dan sumbu Y.

Koordinat faktor internal= (skor total kekuatan – skor total kelemahan) : 2

= (5 – 3,54) : 2

= 0,73

Koordinat faktor eksternal = (skor total peluang – skor total ancaman) : 2

= (4,70 – 4,54) : 2

= 0,08

Figure 2. Diagram SWOT

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa usaha tersebut berada pada titik kuadran I yang menunjukkan bahwa usaha tersebut memiliki kekuatan dan peluang yang banyak. Usaha tersebut direkomendasikan menerapkan strategi growth yang artinya dalam kondisi yang bagus, sehingga memungkinkan untuk usaha yang berkembang dan meraih kemajuan secara maksimal. Strategi jemput bola yang diperoleh dari memanfaatkan kekuatan untuk mendapatkan peluang.

Strategi pengembangan yang dapat dilakukan oleh UD Berkah Utama untuk mendapatkan pengembangan usaha dengan mengurus sertifikasi halal yaitu dengan mengurus sertifikasi halal ke MUI. Saat ini sangat gencar dengan industri halal. Karena mengingat banyaknya penduduk masyarakat Indonesia yang beragama muslim. Khususnya pada jaringan rantai pasok halal dikelola untuk memastikan mulai dari bahan baku hingga konsumen akhir sesuai dengan syariah islam dan pengembangan usaha dengan membuka penjualan secara online yaitu dengan membuat akun e-commerce serta promosi secara online karena seiring dengan perkembangan zaman yang serba digital, membuka penjualan secara online dapat menjadi peluang untuk meningkatkan penjualan

Simpulan

Pengukuran dengan menggunakan metode FMEA pada UMKM UD Berkah Utama didapatkan peringkat tertinggi pada pemilihan bahan baku kencur dengan nilai RPN sebesar 261. Hal tersebut disebabkan karena usaha tersebut membeli bahan baku kencurnya di pengepul yang ada di pasar tradisional. Sehingga tidak mengetahui bahan tersebut aman dikonsumsi atau tidak. Sedangkan strategi yang dapat diambil dari analisa SWOT yaitu pada analisa S-O. Karena pada hasil penelitian ini berada pada titik kuadran I yang berarti bahwa usaha tersebut memiliki kekuatan dan peluang yang banyak, serta sangat memungkinkan untuk usaha yang berkembang dan meraih kemajuan secara maksimal.

Ucapan Terima Kasih

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

  1. Iswanto, ST., M.MT., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
  2. Tedjo Sukmono, ST., MT., selaku Ketua Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
  3. Wiwik Sulistyowati, ST., MT, selaku Dosen Wali Kelas A1 Angkatan 2020 Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
  4. Dr. Hana Catur Wahyuni, ST., MT., selaku Dosen Pembimbing pada Penelitian Artikel Skripsi yang telah memberikan arahan serta bimbingannya dalam menyelesaikan tugas artikel skripsi.
  5. Pimpinan UD Berkah Utama yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian Tugas Akhir

Dengan ini peneliti berharap semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan menjadi masukan serta motivasi untuk lembaga pendidikan serta penelitian selanjutnya.

References

[1] H. C. Wahyuni, H. Ubaidillah, and P. Handayani, “Sosialisasi Dan Pendampingan Proses Sertifikasi Halal Untuk Mendorong UMKM Naik Kelas Di Kabupaten Sidoarjo,” Jurnal Abdimas Adi Buana, vol. 6, no. 1, pp. 71–78, 2022.

[2] W. Warto and S. Samsuri, “Sertifikasi Halal Dan Implikasinya Bagi Bisnis Produk Halal Di Indonesia,” Al Maal: Journal of Islamic Economics and Banking, vol. 2, no. 1, p. 98, 2020, doi: 10.31000/almaal.v2i1.2803.

[3] Lukman, Supply Chain Management, 1st ed. Gowa, Indonesia: CV Cahaya Bintang Cemerlang, 2021.

[4] I. K. Pratiwi, Halal Supply Chain Management. Lombok, Indonesia: CV Alfa Press, 2022.

[5] H. C. Wahyuni and W. Sulistyowati, Pengendalian Kualitas Industri Manufaktur Dan Jasa. Sidoarjo, Indonesia: UMSIDA Press, 2020.

[6] H. C. Wahyuni, I. Vanany, U. Ciptomulyono, and J. D. T. Purnomo, “Integrated Risk To Food Safety And Halal Using A Bayesian Network Model,” Supply Chain Forum: An International Journal, vol. 21, no. 4, pp. 260–273, 2020, doi: 10.1080/16258312.2020.1763142.

[7] R. Asep, D. L. Trenggonowati, and V. Parida, “Risk Mitigation Actions For Halal Supply Chain Using The House Of Risk Method,” Journal of Industrial Services, vol. 5, no. 1, pp. 112–120, 2019.

[8] R. Rustanto et al., “Improving Physical Availability And Mean Time Between Failure Of Komatsu PC2000-8 Using FMEA Method,” Jurnal Rekayasa Mesin, vol. 14, no. 2, pp. 371–384, 2023, doi: 10.21776/jrm.v14i2.1053.

[9] F. Nursalam and W. W. Yunanda, “SWOT Analysis In Defense Industry Supply Chain Management,” Jurnal Teknik Industri, vol. 9, no. 1, pp. 331–337, 2023.

[10] A. M. Ramdhani and A. N. Andriana, “Strategy Analysis Of Beach Tourism Development Using SWOT Analysis,” Management Studies and Entrepreneurship Journal, vol. 4, no. 5, pp. 6674–6687, 2023.

[11] Defrizal and S. F. Pramudya, “SWOT Analysis In Improving Competitive Advantage Of Retail Stores,” Journal of Economics and Technology Management, vol. 7, no. 3, pp. 776–782, 2023, doi: 10.35870/emt.v7i3.1268.

[12] F. Rangkuti, SWOT Balanced Scorecard. Jakarta, Indonesia: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011.

[13] A. Ma’ruf, Strategic Analysis, 1st ed. Yogyakarta, Indonesia: CV Andi Offset, 2021.

[14] A. Khatammi and A. R. Wasiur, “Welding Product Defect Analysis Using The FMEA Method,” Jurnal Serambi Engineering, vol. 7, no. 2, pp. 2922–2928, 2022, doi: 10.32672/jse.v7i2.3853.

[15] N. M. Hidayatulloh and T. Sukmono, “Determination Of Maintenance Interval For Instrumentation Equipment In Paper Industry,” Production Optimization and Manufacturing Systems, vol. 4, no. 1, pp. 23–31, 2020.

[16] B. Salah, M. Alnahhal, and M. Ali, “Risk Prioritization Using A Modified FMEA Analysis In Industry 4.0,” Journal of Engineering Research, pp. 1–9, 2023, doi: 10.1016/j.jer.2023.07.001.

[17] A. F. Aufa, S. S. Dahda, and U. M. Gresik, “Risk Analysis Of Bulk Cargo Loading And Unloading Process Using FMEA Method,” Journal of Information Technology and Computer Science, vol. 6, pp. 592–598, 2023.

[18] D. Kristanto and M. Husyairi, “Halal Critical Point Analysis In Cracker Production Using FMEA Method,” Proceedings of the Conference on Integration and Interconnection of Islam and Science, vol. 4, no. 1, pp. 76–79, 2022.

[19] T. Zakaria, A. D. Juniarti, and B. S. Budi, “Quality Control Analysis Of Dimensional Defects Using FMEA And FTA Methods,” Jurnal InTent, vol. 6, no. 1, pp. 24–36, 2023.

[20] R. Fitriana, D. K. Sari, and A. N. Habyba, Quality Control And Assurance. Banyumas, Indonesia: Wawasan Ilmu, 2021.

[21] F. D. P. Syafety and D. Samanhudi, “Marketing Strategy Analysis Using SWOT Method On Bottled Drinking Water Products,” Briliant: Journal of Research and Conceptual Studies, vol. 8, no. 2, p. 351, 2023, doi: 10.28926/briliant.v8i2.1190.

[22] Sungkono, Civil Enclave Airport Based On Sustainable Development. Malang, Indonesia: UB Media, 2022.